A. Pengertian inflamasi dan anti inflamasi
Inflamasi adalah respon dari suatu
organisme terhadap pathogen dan alterasi mekanis dalam jaringan, berupa
rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera,
seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau inflamasi adalah
satu dari respon utama system
kekebalan terhadap infeksi dan iritasi. Radang terjadi saat
suatu mediator inflamasi (misal terdapat luka) terdeteksi oleh tubuh kita. Lalu
permeabilitas sel di tempat tersebut meningkat diikuti keluarnya cairan ke
tempat inflamasi maka terjadilah pembengkakan. Kemudian terjadi vasodilatasi
(pelebaran) pembuluh darah perifer sehingga aliran darah dipacu ke tempat
tersebut, akibatnya timbul warna merah dan terjadi migrasi sel-sel darah putih
sebagai pasukan pertahanan tubuh kita. Inflamasi distimulasi oleh factor kimia
(histamin, bradikinin, serotonin, leukotrien dan prostaglandin) yang
dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator radang di dalam system
kekebalan untuk melindungi jaringan sekitar dari penyebaran infeksi.
Anti inflamasi adalah obat yang dapat menghilangkan radang yang
disebabkan bukan karena mikroorganisme (non infeksi). Gejala inflamasi
dapat disertai dengan gejala panas, kemerahan, bengkak,
nyeri/sakit, fungsinya terganggu. Proses inflamasi meliputi kerusakan
mikrovaskuler, meningkatnya permeabilitas vaskuler dan migrasi leukosit ke
jaringan radang, dengan gejala panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit,
fungsinya terganggu. Mediator yang dilepaskan antara lain histamin, bradikinin,
leukotrin, prostaglandin dan PAF.
Radang sendiri dibagi
menjadi 2, yaitu:
1. Inflamasi non imunologis :
tidak melibatkan system imun (tidak ada reaksi alergi) misalnya karena luka,
cederafisik, dsb.
2. Inflamasi imunologis :
Melibatkan system imun, terjadi reaksi antigen antibodi. Misalnya pada asma.
Prostaglandin merupakan
mediator pada inflamasi yang menyebabkan kita merasa perih, nyeri, dan panas.
Prostaglandin dapat menjadi salah satu donator penyebab nyeri kepala primer.
Di membrane sel terdapat phosphatidylcholine dan
phosphatidylinositol. Saat terjadi luka, membrane tersebut akan terkena
dampaknya juga. Phosphatidylcholine dan phosphatidylinositol diubah menjadi
asam arakidonat. Asam arakidonat nantinya bercabang menjadi dua yaitu jalur
siklooksigenasi (COX) dan jalur lipooksigenase.
Pada jalur COX ini terbentuk
prostaglandin dan thromboxanes. Sedangkan pada jalur lipooksigenase terbentuk
leukotriene.
1. Prostaglandin sebagai
mediator inflamasi dan nyeri. Juga menyebabkan vasodilatasi dan edema
(pembengkakan)
2.Thromboxane menyebabkan vasokonstriksi dan agregasi (penggumpalan)
platelet
3. Leukotriene menyebabkan
vasokontriksi, bronkokonstriksi.
Radang mempunyai tiga peran penting dalam perlawanan
terhadap infeksi:
1. Memungkinkan penambahan
molekul dan sel efektor ke lokasi infeksi untuk meningkatkan performa
makrofaga.
2. Menyediakan rintangan untuk
mencegah penyebaran infeksi.
3. Mencetuskan proses perbaikan
untuk jaringan yang rusak.
Respon peradangan dapat
dikenali dari rasa sakit, kulit lebam, demam, dll.
yang disebabkan karena
terjadi perubahan pada pembuluh darah di area infeksi :
1. Pembesaran diameter pembuluh
darah, disertai peningkatan aliran darah di daerah infeksi. Hal ini dapat
menyebabkan kulit tampak lebam kemerahan dan penurunan tekanan darah terutama
pada pembuluh kecil
2. Aktivasi molekul
adhesi untuk merekatkan endothelia dengan pembuluh darah
3. Kombinasi dari turunnya
tekanan darah dan aktivasi molekul adhesi, akan memungkinkan sel darah putih
bermigrasi ke endothelium dan masuk ke dalam jaringan. Proses ini dikenal
sebagai ekstravasasi.
B.
Gejala-gejala terjadinya
respons peradangan
1. Kemerahan
(Rubor)
Kemerahan atau rubor hal pertama yang
terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai
timbul maka arteri yang mensuplai darah ke daerah tersebut melebar, dengan
demikian lebih banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal.
Pembuluh-pembuluh darah yang sebelumnya kosong atau sebagian saja meregang
dengan cepat dan terisi penuh oleh darah. Keadaan ini dinamakan hiperemia atau
kongesti menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut. Timbulnya
hiperemia pada permulaan reaksi peradangan diatur oleh tubuh melalui
pengeluaran zat mediator seperti histamin.
2. Panas
(kalor)
Panas atau kalor terjadi bersamaan dengan
kemerahan dari reaksi peradangan. Panas merupakan sifar reaksi peradangan yang
hanya terjadi pada permukaan tubuh yakni kulit. Daerah peradangan pada kulit
menjadi lebih panas dari sekelilingnya, sebab darah dengan suhu 370C
yang disalurkan tubuh ke permukaan daerah yang terkena radang lebih banyak
disalurkan daripada ke daerah normal.
3. Rasa
sakit (dolor)
Rasa sakit atau dolor dari reaksi peradangan
dapat dihasilkan dengan berbagai cara. Perubahan pH lokal atau konsentrasi ion-ion
tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf, pengeluaran zat kimia tertentu
misalnya mediator histamin atau pembengkakan jaringan yang meradang
mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dapat menimbulkan rasa sakit.
4. Pembengkakan
(tumor)
Gejala yang paling menyolok dari peradangan
akut adalah tumor atau pembengkakan. Hal ini terjadi akibat adanya peningkatan
permeabilitas dinding kapiler serta pengiriman cairan dan sel-sel dari
sirkulasi darah ke jaringan yang cedera. Pada peradangan, dinding kapiler tersebut
menjadi lebih permeabel dan lebih mudah dilalui oleh leukosit dan protein
terutama albumin yang diikuti oleh molekul yang lebih besar sehingga plasma
jaringan mengandung lebih banyak protein daripada biasanya yang kemudian
meninggalkan kapiler dan masuk ke dalam jaringan sehingga menyebabkan jaringan
menjadi bengkak.
5. Perubahan
fungsi (fungsio laesa)
Gangguan fungsi yang diketahui merupakan
konsekuensi dari suatu proses radang. Gerakan yang terjadi pada daerah radang,
baik yang dilakukan secara sadar ataupun secara reflek akan mengalami hambatan
oleh rasa sakit, pembengkakan yang hebat secara fisik mengakibatkan
berkurangnya gerak jaringan.
C. Jenis-jenis radang
1. Radang akut
Radang akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang didesain
untuk mengirimkan leukosit ke daerah cedera. Leukosit membersihkan berbagai
mikroba yang menginvasi dan memulai proses pembongkaran jaringan nekrotik.
Terdapat 2 komponen utama dalam proses radang akut, yaitu perubahan penampang
dan struktural dari pembuluh darah serta emigrasi dari leukosit. Perubahan
penampang pembuluh darah akan mengakibatkan meningkatnya aliran darah dan
terjadinya perubahan struktural pada pembuluh darah mikro akan memungkinkan
protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah. Leukosit yang berasal
dari mikrosirkulasi akan melakukan emigrasi dan selanjutnya berakumulasi di
lokasi cedera.
2. Radang kronis
Radang
kronis dapat diartikan sebagai inflamasi yang berdurasi panjang
(berminggu-minggu hingga bertahun-tahun) dan terjadi proses secara simultan
dari inflamasi aktif, cedera jaringan, dan penyembuhan. Perbedaannya dengan
radang akut, radang akut ditandai dengan perubahan vaskuler, edema, dan
infiltrasi neutrofil dalam jumlah besar. Sedangkan radang kronik ditandai oleh infiltrasi
sel mononuklir (seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma), destruksi
jaringan, dan perbaikan (meliputi proliferasi pembuluh darah baru/angiogenesis
dan fibrosis)
D. Terapi
farmakologi dan non farmakologi
a. Obat anti inflamasi non steroid
Obat anti
inflamasi atau anti radang adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat
analgesic (pereda nyeri) antipiretik (penurun panas) anti inflamasi (anti
radang). Obat non steroid sering digunakan karena untuk mengurangi peradangan.
Beberapa obat dibawah ini :
1.
Ibuprofen (Motrin)
Khasiat
: Untuk nyeri ringan sampai
sedang
Cara kerja : Menghambat rasa sakit akibat peradangan
Efek samping : Serangan jantung atau stroke bila digunakan
jangka panjang
2.
Naproxen (Anaprox)
Khasiat
: Untuk nyeri ringan sampai
sedang
Cara kerja : Mengurangi aktivitas siklooksigenase
Efek samping : Serangan jantung atau stroke, efek serius
pada perut dan usus
3.
Aspirin
Khasiat
: Untuk mengatasi rasa sakit dan
nyeri
Cara kerja : Menghambat produksi prostaglandin dengan menghambat enzim
COX-2
Efek samping : Kejang pada pasien asma dan pendarahan
internal
b. non
farmakologi
Ø Jauhi
makanan pedas dan berminyak
Ø Minum
air putih yang cukup
Ø
Makan makanan yang kandungan gizinya seimbang
E. Simplisia
yang berkhasiat sebagai anti inflamasi
JAHE
Nama
lain : Jahe
Nama
tanaman asal : Zingiber officinnale (Roscoe)
Keluarga : Zinciberaceae
Zat
berkhasiat : Pati, damar, oleo
resin, gingerin dan minyak atsiri
Kegunaan : Stimulansia, diaforetika,
karminativa dan anti inflamasi
Pemerian : Bau aromatic, rasa pedas
TEMULAWAK
Nama lain :
Temulawak / koneng gede
Nama tanaman asal : Curcuma xanthorrhiza (roxb)
Keluarga :
Zingiberaceae
Zat berkhasiat : Minyak atsiri mengandung felandren,tumerol
Kegunaan :
Anti peradangan, kolagoga, antispasmodika
Pemerian :
Bau khas aromatic, rasa tajam dan pahit
KENCUR
Nama lain :
Kencur
Nama tanaman asal : Kaempferia galangal(L)
Keluarga :
Zinciberaceae
Zat berkhasiat : Alkaloida, minyak atsiri
Kegunaan :
Espektoransia, diaforetika, karminativa dan antiinflamasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar